Three DrakVers (Drakor Lovers)

Episode 1 – Keluarga Harmonis


“Huuuuhuuuu”. Menangis sedih, tak lama kemudian gadis yang sedang duduk di ruang tamu itu tersenyum-senyum sendiri dan berkata “Ahhhh, so sweet”,  kemudian Ia tertawa. “Hahahaha. Lucu sekali adegan ini sampai sakit perutku”. Respon gadis itu pada Drakor yang Ia tonton.

Namaku Marwah, Alhamdulillah Aku masih memiliki kedua orang tua yang lengkap dan sangat sayang kepadaku, walau pun begitu Aku bukanlah anak yang dimanja kedua orang tuaku.

Aku adalah anak tunggal, Hobiku membaca Webtoon, Nonton Drakor, Menulis (apa saja kecuali horor). Saat Ini Aku duduk di kelas 3 Madrasah Aliyah atau yang biasa disebut MA setara dengan SMA yang berlokasi di Jakarta. Aku berada di Jurusan Bahasa Indonesia dan cita-citaku adalah menjadi seorang penulis berbakat dan terkenal.

Ayah Ku bekerja sebagai dokter dan Ibu Ku dulunya sebagai perawat namun semenjak menikah dengah Bapak, Ibu memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga saja.

Ibu yang saat itu kebetulan sedang keluar kamar tidur untuk mengambil air minum, tiba-tiba menghampiri dan memarahi Aku. “Astagfirullah, Marwah sudah jam berapa ini kamu belum tidur? Jangan mentang-mentang besok hari libur ya. Sudah, sana tidur. Jangan nonton Drakor melulu”. Tegur Ibu pada Marwah.

“Hehehe, iya Ibu maaf. Tapi kan walau nonton Drakor terus sholat Marwah tetap tepat waktu dan nilai Marwah juga tidak pernah jelek Bu, jadi seharusnya tidak apa-apa”. Jawab Marwah kepada Ibunya dengan nada meledek.

“Ohhh, sudah mulai nakal ya anak Ibu”. Dengan ekspresi ingin marah.

“Hehehe, kaburrrr”. Marwah pun hanya tertawa lalu pergi agar tidak terkena jeweran Ibu nya.

“Mau kemana kamu Marwah Ibu belum jewer kamu.” Teriak Ibu pada Marwah.

Sepertinya dugaan Marwah benar, bahwa Ibu ingin menjewer telinganya. Hahaha, untung saja Dia kabur.

Karena kebisingan Marwah dan Ibu Bapak pun jadi terbangun.

“Ada apasih Bu, malam-malam berisik banget?. Tanya Bapak ke Ibu.

“Ituloh Pak si Marwah, sudah tengah malam belum tidur juga mentang-mentang besok hari libur nontonnya Drakor terus.” Kata Ibu dengan nada jengkel.

Lalu saat Ibu omelin Dia jawab gini Pak ”Walau Marwah nonton Drakor terus nilai Marwah kan tidak pernah jelek Bu.” Jawab Ibu lagi.

“Ya tetapi, kalo di fikir-fikir memang benar sih Bu kalo Marwah belum pernah dapat nilai jelek sejak Dia masuk Taman Kanak-kanak. Kok bisa ya?” Jawab Bapak heran. “Ya bisalah, juga namanya anak Bapak, Bapaknya saja pintar masa anaknya nggak, Hahaha”. Sambung Bapak dengan nada menyombongkan diri.

“Loh, enak saja anak Bapak, dimana-mana anak itu ya anak Ibu nya. Marwah pintar karna keturunan dari Ibu.” Bantah Ibu kepada Bapak.

“Mana ada dari Ibu, yang bener ya dari Bapaknya. Hahahaha.” Sambung Bapak lagi.

“Sudah ah, Ibu mau tidur ngantuk. Sana Bapak sambung saja sombong-sombongannya dengan nyamuk.” Ambek Ibu kepada Bapak.

“Haha, Ibu ngambek. Males ah Ibu baperan, hahaha”. Ledek Bapak lagi ke Ibu sambil berjalan mengikuti Ibu ke kamar tidur untuk lanjut tidur).

    Itulah Bapak seseorang yang selalu bisa mengubah suasana, seseorang yang humoris, namun tetap menjadi kepala keluarga yang tegas.

Waktu Sholat Subuh pun tiba, setelah berwudhu kami sekeluarga Sholat Subuh berjama’ah dirumah kami. Setelah Sholat Subuh tidak lupa kami bersalaman dan berdo’a terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan membaca Al-Qur’an minimal 3 ayat setiap habis Sholat, baru deh kami melakukan aktivitas lainnya. Semua itu sudah menjadi rutinitas bagi keluarga kami. Bapak selalu berkata “Kejarlah akhiratMu terlebih dahulu, maka keduniaan pun akan mengikutiMu.” Kata-kata itu sudah bagaikan Moto hidup keluarga kami.

Bapak yang saat itu sudah terlebih dahulu duduk di ruang tamu tiba-tiba berkata.

“Mumpung libur kita pergi ke pasar bareng-bareng yuk! Ajak Bapak kepada Ibu dan Marwah, yang saat itu Aku baru saja kembali dari kamar mandi dan Ibu baru saja kembali dari dapur mebuatkan Bapak secangkir teh hangat.

“Tumben Pak ngajak ke pasar, biasanya lebih memilih buku-buku tebal itu”. Jawab Ibu dengan nada menyindir Bapak.

“Ah, Ibu masih ngambek nih?” Tanya Bapak.

“Nggak. Memang bener toh? Biasanya Ibu ajak ke pasar lebih milih buku tebal Bapak. Bapak kan lebih sayang bukunya dari Ibu.” Jawab Ibu yang masih sedikit ngambek namun mengelak.

“Katanya nggak ngambek, tapi kok banding-bandingin sayangnya Bapak ke Ibu dengan buku.” Jawab Bapak lagi. “Udah toh Bu jangan ngambek-ngambekan, persoalan Bapak sangat hobi dengan buku kan memang dari dulu. Orang Ibu juga seneng sama Bapak karna Bapak kutu buku toh? Hayoo, gak inget siapa yang dulu suka ngintipin Bapak di Perpustakaan Kampus? Hahaha, Kalo di inget-inget lucu ya Ibu.” Ledek Bapak ke Ibu.

“Ih, Bapak Ibu kan jadi malu. Seraya dengan jawaban Ibu, Marwah pun ikut meledek Ibu.

“Ohhh, ternyata Ibu yang ngejar-ngejar Bapak. Berani juga dulu ya Ibu nyalinya, jadi inget Drakor deh, hahaha.”

“Tuh kan Pak, Marwah jadi ikutan ngeledek Ibu .” Ibu pun tersipu malu, mendengar bapak yang berbicara menceritakan masalalu mereka.

“Memang ya kalian berdua senengnya ngeledek Ibu, liat aja nanti Ibu ngambek gak mau masak. Biar kalian cari aja makan sendiri.” Ancam Ibu.

“Yahhh jangan donk Bu.” Jawab Bapak dan Marwah secara bersamaan, dengan nada seakan-akan takut kalo Ibu tidak masak.

“Hahaha”. Bapak dan Marwah pun tertawa, disambung Ibu yang akhirnya ikut tertawa.

Pagi ini aku sangat senang, karna penuh dengan keharmonisan sebuah keluarga. Sehingga sekilas terlintas dipikiranku tentang keluarga yang kubangun di masa depan nanti, berharapnya aku mampu memiliki keluarga yang harmonis seperti Ibu dan Bapak.

“Pak, Bu. Katanya mau ke pasar? Mari kita pergi bersama-sama. Nanti belikan Marwah kue cubit Bu Nyah ya Pak, hihi!

“Yasudah Bu ambil keranjang belanjanya dulu sana. Hari ini kita naik sepeda saja, nanti Bapak yang bawa sepedanya Ibu tinggal duduk saja. Kalo Marwah bawa sendiri ya, hehe.”

“Nggak sekalian Bapak dan Ibu saja yang pergi ke pasar biar makin romantis gitu, hahaha”. Canda Marwah.

“Sudah dong kalian ledek Ibu nya, jadi ke pasar gak nih?” Tegur Ibu pada Bapak dan Marwah.

“Iya sudah Bu, Maaf. Lagian kan sudah lama juga Bapak gak ngeledek Ibu, mumpung ada kesempatan jadi yaudah deh lanjut, hehehe.”

“Yasudah, Ibu ambil keranjang dulu Pak.”

“Iya Bu, Bapak tunggu kok.” Jawab Bapak yang masih sedikit menggoda Ibu.

“Udah Pak jangan godain terus nanti Ibu ngambek!” Saut Marwah.

“Eh, iya Bapak lupa. Baru juga minta maaf, hehehe.” Balas Bapak

Kami bertiga pun pulang dari pasar. Aku dan Ibu mulai menyiangi bahan-bahan yang akan kami masak, lebih tepatnaya Ibu yang tetap memasak dan Aku hanya membantunya sedikit-sedikit, karna jujur saja Aku pun masih belajar jika soal masak-memasak.

Masakan akhirnya pun matang, Aku dan Ibu mulai menyiapkan dan menata makanan diatas meja makan. Hidangan siap untuk dinikmati.

“Marwah, tolong panggilkan Bapak di teras rumah ya Nak!” Perintah Ibu. “Ibu mau beresin sisa kita masak tadi dulu ada yang tertinggal tadi Ibu lupa.” Jelas Ibu

“Oke, Bu.” Jawab Marwah sambil mengangkat jempolnya. Marwah pun bergegas memanggil Bapak yang sedang berada di teras rumah untuk makan.

“Pak, yuk makan!” Ajak Marwah ke Bapak.

“Oke, mari kita makan”. Jawab Bapak ceria.

Ibu pun telah kembali dari dapur dan kami bertiga makan bersama di meja makan. Lagi-lagi Aku sangat senang, karna suasana di meja makan begitu cair dan gembira. Aku berharap keluarga kecil yang ku punya saat ini akan selalu harmonis di setiap waktunya.


Selanjutnya Episode 2


Gimana? Seru dan menarik kan ceritanya?

Untuk Kelanjutan cerita akan di Post seminggu 2x ya, setiap hari Sabtu dan Minggu. Harap di tunggu ya!

Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa dukung Blog dan Cerita ini, dengan cara share dan berikan komentar positif. Siapa tau bisa difilmkan hehe. Aamiin.

Sekali lagi Terimakasih. Sampai jumpa :) 


Author      : rizam_08

Awal Terbit : Kamis, 5 November 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Surat Lamaran Pekerjaan yang Baik dan Benar untuk Fresh Graduate