Three DrakVers (Drakor Lovers)

Episode 2 – Pelajaran Kesukaan


Joheun achimieyo.” Sapa pagiku kepada kedua Sahabatku, Can dan San di sekolah. Itu nama panggilanku kepada mereka, Can adalah Cantika dan San adalah Santi.

“Oh, Annyeong. Mar, apa kamu udah nonton film Oppa Soo Hyun yang terbaru?” Jawab San sekaligus pertanyaan yang begitu antusias.

“Kalo film Oppa Lee Min sudah nonton juga? Gimana ceritanya kasih spoiler dong.” Sambung Can dengan antusias pula.

“Tentu saja Aku sudah tamat dengan keduanya, haha.” Jawab Marwah dengan tawaan canda sombong. “Tidak, Aku tak akan memberikan spoiler kepada kalian berdua, penasaran? Ditontonlah filmnya, haha.” Canda Marwah.

Isaekada.” Kesal San kepada Marwah.

“Iya, Marwah Isaekada.” Sambung Can dengan nada kesal pula.

“Biarin. Wleee, haha.” Jawab Marwah dengan menjulurkan lidah candanya.

Hahaha. Menggoda kedua Sahabatku adalah salah satu hobiku. Ya, Aku suka aja gitu melihat wajah mereka yang sedang kesal saat Aku menggodanya. Maaf ya chingudeul.

Bel masuk kelas berbunyi, tanda semua siswa harus masuk kedalam kelas masing-masing. Kami pun mulai belajar, pelajaran sejarah saat itu. Berbicara tentang pelajaran  

tentu saja pelajaran kesukaanku adalah Sastra Indonesia, karena sesuai dengan cita-citaku yang ingin menjadi penulis dan memang aku begitu menyukai pelajaran tersebut, entah bagaimana menjelaskannya mungkin tak bisa tergambarkan.

Bel pergantian pelajaran berbunyi, Pak Tiro guru dengan perawakan setengah parubaya itu akhirnya masuk ke kelas, saat ini waktunya pelajaran Sastra Indonesia dan di pelajaran ini Akulah yang paling semangat melebihi yang lainnya.

“Pagi, Assalammualaikum Wr. Wb anak-anak. Siap untuk membuat sebuah puisi? Sapa sekaligus Tanya Pak Tiro.

“Wa’alaikumsalam, Pak.” Jawab serentak siswa

“Tentu siap Pak.” Jawabku dengan semangatnya. Sedangkan yang lain berkata berbeda denganku.

“Yah, Bapak langsung suruh buat puisi nihh.” Saut kencang salah satu siswa laki-laki di kelas.

“Tenang dulu kamu Joni Bapak belum selesai bicara.” Tegur Pak Tiro ke Joni.

“Tetapi seperti biasa ya hanya Marwah yang paling bersemangat dengan pelajaran Bapak. Jadi sedih saya, haha tapi bohong.” Canda Pak Tiro.

“Oke anak-anak untuk tugas puisi ini akan Bapak jadikan sebagai pekerjaan rumah, sehingga kalian bisa mengerjakannya di luar kelas dan mampu mendapatkan inspirasi lebih banyak. Untuk judul puisi Bapak serahkan kepada kalian, tapi ingat buatlah puisi dengan rasa dan sesuatu hal yang nyata sehingga puisi tersebut mampu terasa hidup dan menjadi sebuah mahakarya yang indah untuk dibaca maupun di dengar. Apa jelas anak-anak?”

“Jelas Pak.” Jawab semua murid di kelas.

“Baiklah, jika sudah jelas mari kita lanjut dengan pembahasan mengenai puisi, buka buku paket kalian tentang Bab Puisi. Inilah kenapa Bapak memberikan tugas tentang puisi kepada kalian, karna memang kita sudah memasuki Bab tersebut dan Bapak akan menjelaskan mengenai puisi ini sehingga saat nanti kalian membuat puisi yang Bapak tugaskan kalian tidak bingung, bisa paham, dan mengerti dengan baik. Harap di dengarkan, perhatikan, dan pahami apa yang Bapak akan jelaskan. Baiklah kita mulai.” Perintah Pak Tiro.

    Guru dengan baju batik khas para guru dan celana panjang hitamnya, yaitu Pak Tiro Guru Sastra Bahasa Indonesia kami yang selalu menjelaskan pelajaran yang Ia bawakan dengan sedetail mungkin. Pak Tiro merupakan guru yang sangat telaten dan sabar saat mengajarkan para muridnya mengenai Sastra. Walau kelihatannya yang menyukai sastra hanya Aku, namun ketika Pak Tiro telah menjelaskan dan semua murid memahaminya mereka semua akan membuatnya dengan sebaik mungkin, jadi jangan mengira hanya Aku yang paling hebat dengan Sastra ya. Kami semua pun disini ikut bersaing, walau tak terlihat jelas.

    Saking sukanya aku dengan Sastra, Aku sampai membuat ceritaku sendiri yang berharap suatu hari nanti bisa sukses. Cerita yang Aku buat juga sering Aku perlihatkan dengan kedua sahabatku Can dan San. Walau  pun sering mendapat kritik dari mereka, katanya cerita yang aku buat terlalu mengikuti alur drama yang sudah kita tonton.

    Bel istirahat pun berbunyi. Aku dan kedua sahabatku bergegas keluar kelas dengan langkah terburu-buru menuju kantin. Aku dan kedua sahabat ku langsung ke Ibu kantin langganan kami.

“Annyeong, Bu Sri.” Sapa kami bertiga pada Ibu kantin.

“Ehhh , kalian para pens Opak korea.” Ujar Bu Sri.

“Oppa kali Bu, Opak mah makanan.” Ujar San pada Ibu kantin dengan nada tak terima bahwa Oppanya di sebut Opak.

“Tau nih Ibu ada-ada aja, masa Opak. Hahaha.” Saut Can.

“Eh, iya maksud Bu Sri ya itu. Hehehe, beda dikit doang.” Jawab Bu Sri.

“Udah eh, kita kesini kan mau jajan bukan berdebat Opak dan Oppa.” Ujarku sambil mengambil jajanan kesukaanku dan membayar.

“Oyy yang di depan buruan jajannya, ngantri nih. Kita juga laper kali.” Tegur salah satu murid yang mengantri di belakang kami.

“Sabar dong, kalo mau duluan makannya datengnya duluan.” Saut San dengan nada tinggi.

“Udah San gausah di ladenin. Bayar buruan jajanannya kita langsung cari tempat duduk. Ayo.” Ajakku pada San.

Setelah membayar jajanan, kami bertiga pun mencari tempat duduk untuk menghabiskan jajanan yang kami beli. Setelah kami duduk, kami pun melanjutkan obrolan tadi pagi tentang Drama yang Can dan San ingin tonton.

“Mar, serius nihh kita penasaran nih sama drama mereka berdua.” Ujar Can dengan ekspresi berharapnya.

“Iya nihh penasaran, ceritai dikit dong Mar.” Sambung San.

“Gak usah di jelek-jelekin juga kali mukanya, sebegitu penasaran apa kalian dengan Drama mereka? Ujarku pada mereka berdua dengan tawa bahagianya.

“Iya, kita penasaran.” Jawab Can dan San dengan semangat.

“Ayo dong ceritain jangan ketawa aja.” Ujar San sambil memakan jajanannya.

“Yaudah, yaudah Aku ceritaun deh. Jadi gini,,,,,”

    Aku pun mulai menceritakan sinopsis cerita yang mereka ingin tonton, beberapa menit kemudian bel selesai istirahat berbunyi dan kami pun kembali ke kelas. Sesampainya di kelas kami sedikit membahas tentang tugas yang diberikan Pak Tiro tadi.

“Eh, Mar nanti kita ngerjain tugas puisinya bareng donk.” Ajak Can pada Marwah.

“Aku juga ikut kalian donk, aku kan gak sepandai kalian berdua.” Sambung San yang ingin ikut gabung.

“Ngomongin jago-jagoan, ya Marwah lah yang paling jago. Ya nggak Mar.” Merendah hati San.

“Apasih, kalian berdua juga jago kok.” Jawabku merendah pula.

“Siapa pun itu pokoknya kita kerjain bareng-bareng ya.” Ujar San.

“Oke.” Responku

“Oke juga.” Sambung Can.”

    Pelajaran berikutnya pun dimulai dan pelajaran berjalan dengan baik dan tenang, hingga tiba saatnya bel pulang berbunyi dan kami pun pergi kerumahku untuk mengerjakan tugas yang diberikan Pak Tiro.

“Kita butuh inspirasi nih.” Ujar Can padaku dan San di perjalanan kerumahku.

“Kita nonton Drakor aja kalo gitu. Kalo Aku sih sudah memutuskan dari awal kalo puisiku akan bertema romance.” Ujarku pada Can dan San.

“Boleh juga tuh, kali aja ide-ide lain akan bermunculan. Kalo gitu come on.” Respon San dengan semangat.

    Kami pun bergegas kerumahku. Sesampainya di rumahku kita pun langsung nonton dan mulai meperhatikan kata-kata dan adegan apa yang bagus untuk di buat puisi.


Sebelumnya Episode 1


Gimana? Seru dan menarik kan ceritanya?

Untuk Kelanjutan cerita akan di Post seminggu 2x ya, setiap hari Sabtu dan Minggu. Harap di tunggu ya!

Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa dukung Blog dan Cerita ini, dengan cara share dan berikan komentar positif. Siapa tau bisa difilmkan hehe. Aamiin.

Sekali lagi Terimakasih. Sampai jumpa :) 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Surat Lamaran Pekerjaan yang Baik dan Benar untuk Fresh Graduate